Headlines News :
Home » » Guru Menghadirkan 'Opera van Java' di Ruang Kelas

Guru Menghadirkan 'Opera van Java' di Ruang Kelas

Written By Unknown on Kamis, 04 Juli 2013 | 21.03


Murid-murid Kelas III SDN Inpres Ondo-ondolu, Batui, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah yang belajar materi Bahasa Indonesia dengan melakonkan drama di ruang kelas

Kompas, 22 Mei 2013 memberitakan bahwa SDN Inpres Ondo-Ondolu, Batui, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah sedang bermain drama guna memenuhi mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran akan terasa menyenangkan jika mampu menhadirkan suasana yang menyenangkan di dalam kelas. Hal itu ditunjukan oleh Auliya Funi Nur Afifah selaku guru di  SDN Inpres Ondo-ondolu.
Berawal dari keisengan beliau membacakan dongeng yang berjudul “Tertolong Karena Kebiasaan Baik”. Saya mulai membaca prolog dongeng yang saya siapkan. Iseng saya mencoba meminta siswa menebak isi dialog dalam cerita. Tak mengecewakan ternyata.
Keisengan saya lanjutkan dengan meminta siswa maju dan memeragakan dialog yang ia tebak. Siswa maju dengan sedikit ragu. Malu-malu ia peragakan juga adegan yang saya bacakan dengan dialog yang ia karang sendiri. Begitu seterusnya hingga dongeng berakhir. Drama sederhana, asal jalan dan asal semua senang. 

Setelah sesi menjawab pertanyaan berdasarkan isi teks yang dibacakan berakhir, saya menantang siswa kelas tiga untuk melakukan drama berdasarkan dongeng tadi pada saat jam pelajaran Seni Budaya dan Ketrampilan. 

Seperti biasa, siswa-siswa yang super aktif ini menerima dengan sangat girang penuh antusias. Bahkan saya ragu mereka tahu arti drama itu sendiri. Tentunya mereka tahu bahwa intinya mereka akan pura-pura jadi ini itu dengan cerita tertentu. 

Saya mulai menawarkan peran yang ada di dalam dongeng. Ada ibu hamil, suami ibu hamil, burung tekukur, raja bijaksana, jin, pengemis, dan dewi penolong. Semua berebut untuk mendapatkan peran. Tentu saja, tak ada yang mau memerankan ibu hamil dan suami ibu hamil. Mereka sudah membayangkan akan adanya ejekan karena peran suami istri tersebut. Di sisi lain, suami istri tersebut adalah tokoh utama di dalam cerita ini. 

“Drama tidak akan dapat dilakukan kalau tak ada yang mau jadi ibu hamil. Hayo, siapa mau jadi ibu hamil?” 

Dengan spontan Mida mengangkat tangan. Sip. 

“Sekarang siapa mau jadi suami ibu hamil?” 
Ruli bersedia tapi tak lama kemudian ia menjadi enggan. Rupanya ia masih ragu karena bayang-bayang ejekan yang akan terlontar dari siswa yang lain.

“Nah,drama juga tidak akan dapat dilakukan kalau tak ada yang mau jadi suami ibu hamil. Kelas tiiiigaaaaa, siapa mau jadi suami ibu hamil?” 

Dengan ragu-ragu Bilal mengangkat tangannya. Lowongan pemeran lain ternyata dipadati peminat sehingga untuk menentukannya kami membuat kesepakatan untuk diundi. Siswa yang terpilih menjadi sangat gembira sedangkan yang tidak terpilih tentu merasa kecewa. Saya menghibur mereka yang kecewa dengan janji akan mengadakan kembali drama dengan pemeran yang berbeda. 

Ketika saya berbicara tentang properti drama, mereka merasa sangat antusias. Bahkan siswa yang tidak ikut berperan berebut untuk membawa peralatan yang dibutuhkan untuk drama. Bilal yang berperan sebagai suami ibu hamil membuat tongkat Ayu yang berperan sebagai Dewi Penolong. Tasya yang tidak kebagian peran membawakan selendang untuk Ari yang berperan sebagai Burung Tekukur. Yeti yang juga tak berkesempatan bermain membawakan selendang untuk Mida yang berperan sebagai ibu hamil. Meilan yang gagal mendapatkan peran bahkan bersedia membawakan dua buah kipas untuk dayang-dayang. Andis yang kebagian jadi pengemis dengan antusias berjanji akan membawa baju dan celananya yang sudah usang. 

Yang tidak terduga, sesaat sebelum pulang, seorang siswa kelas empat menyodorkan sarang burung yang ia buat dari rumput yang ada di sekitar sekolah. Siswa kelas empat tersebut ikut menyimak saat saya dan kelas tiga berdiskusi tentang drama beberapa saat sebelumnya. 

Saya senang proyek drama ini membuat mereka gembira. Lebih dari itu, kelas tiga semakin belajar tentang sikap rela dan menerima kesepakatan, bekerja sama, berbagi, dan mengendalikan diri agar menghargai penampilan teman yang sedang mendapatkan peran. 

Inilah Opera van Java ala Kelas Tiga: sederhana, asal semua gembira.

Sumber : Kompas dan Blog Pengajar Muda Indonesia Mengajar
Share this article :
Comments
0 Comments

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. . - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger